Kamis, 21 Februari 2013

Sinopsis dan Review The Curious Case of Benjamin Button

Nope,  kali ini yang akan dibahas bukan film yang dimainkan Brad Pitt dan disutradarai David Fincher.  Kali ini gue akan membahas tentang cerpen yang ditulis oleh F. Scott Fitzgerald, salah satu dari penulis ternama Amerika.  Setelah gue baca, ternyata alur cerpen ini beda banget dengan yang di film.  Jadi, gimana sih cerita Benjamin Button versi Fitzgerald? Cekidot.

Benjamin Button lahir dengan curious case.  Saat ia lahir, ia bukanlah bayi mungil yang lucu, melainkan seorang kakek tua dengan keriput dan janggut putih.  Rambutnya pun sudah putih dan ia harus berjalan dengan tongkat.  Ia juga tidak suka bermain dengan kereta dan lebih suka membaca ensiklopedia berat.  Ayah dan ibunya memang mengharapkan anak laki-laki, tapi bukan tentu saja anak normal.  Pada saat Benjamin 12 tahun, orangtuanya menerimanya.

Benjamin tentu saja tubuh.  Tapi bukan tambah tua, melainkan tambah muda.  Hingga pada saat ia sudah berumur 20-an, ia terlihat seperti 50-an.  Di saat yang sama, Roger Button, ayah Benjamin, juga sudah berumur 50 dan mulai menikmati kehadiran Benjamin.  Benjamin juga menaruh hati dengan seorang gadis muda bernama Hildegrade.  Hildegrade sendiri menaruh hati pada Benjamin karena mengira Benjamin benar-benar berusia 50 tahun, dan Hildegrade menganggap bahwa 50 tahun adalah umur yang melankolis.  Akhirnya, setelah sekitar enam bulan, mereka menikah.

Tapi gairah dan melow itu menghilang setelah Hildegrade berumur 30an dan Benjamin tambah terlihat muda.  Memang Benjamin menjadi orang yang cukup sukses dan bahkan kuliah lagi.  Tapi 'cinta' diantara mereka sudah menghilang, dan Hildegrade pergi ke Italia sendirian.  Sepeninggalan Hildegrade, Benjamin harus menghadapi putranya yang tidak bisa menerima kemudaan ayahnya.  Pada akhirnya, Benjamin tumbuh menjadi seorang anak lima tahun, menjadi teman main cucunya sendiri.

Gue suka banget sama nih cerpen.  Gak tahu juga gimana Fitzgerald bisa kepikiran bikin cerpen kayak gini.  Tapi gue rasa cerpen ini kekurangan pandangan dan perasaan Benjamin terhadap anak dan ibunya.  Gue mau tahu apakah Mrs. Button sendiri bisa mencintai Benjamin atau malah membencinya.  Karena yang gue lihat, walaupun Roger awalnya tidak bisa menerima hal itu, ia akhirnya benar-benar hadir di 'masa tua' Benjamin, sedangkan ibunya malah menghilang.  Dan juga tokoh Roscoe (anak Benjamin) yang masa kecilnya tidak pernah diceritakan, tiba-tiba sudah menikah dan sepertinya membenci Benjamin.  Itulah kekurangan cerpen ini, walaupun ceritanya unik, tidak ada perasaan yang kuat dari karakter-karakternya.  Tapi bagusnya cerpen ini tidak ada kesan cengeng atau penderitaan yang berlebihan.  Ini adalah jenis cerita yang tidak normal tapi normal.

Kisah 'cinta' antara Benjamin dan Hildegrade cukup unik.  Kisah cinta yang cukup realists, dimana mereka menikah karena keadaan fisik dan romance.  Gue cuma bisa merasakan gairah dan romansa, tapi sepertinya affection atau kasih sayang diantara mereka sedikit sekali.  Dan mereka menikah cukup cepat.  Jadi akhir dari mereka memang berakhir sepantasnya.  Itulah akibat menikah hanya karena fisik dan melankolis.

Overall, cerpennya bagus banget dan gue lebih suka cerpennya daripada filmnya, karena cerpennya tidak terlalu cengeng.  Gue juga gak ngerti apa yang ingin disampaikan Eric Roth di versi filmnya, tapi gue cukup ngerti beberapa pesan yang disampaikan Fitzgerald, walaupun sebenarnya pesan-pesan ini bukan inti dari cerita ini.  Tapi bukan berarti David Fincher gagal di filmnya, the movie version of The Curious Case of Benjamin Button is very good.  Indeed, this story is a really curious case.  9/10

Tidak ada komentar:

Posting Komentar